Pengunjung

Pages

Selasa, 02 Juli 2013

Psikologi pendidikan

A.    Pengertian Intelektual
Intelektual secara harfiah berasal dari bahasa Inggris "intellectual" termasuk adjective (kata sifat). "Intelektual" menurut AS Hornby et.al berarti: having or showing good reasoning power, menunjukkan kekuatan penalaran yang baik. Sedangkan menurut istilah ialah yang di artikan oleh George A. Thoedorson dan archiles G. Thoedorson Intelektual adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan orisinal dan terlibat dalam usaha-usaha Intelektual kreatif.
            Intelektual telah sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman. Manusia hidup dan berinteraksi didalam lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tapi juga untuk perkembangan pribadinya. Oleh karena itu, manusia harus belajar dari pengalaman. (Drs. Wasty Suemanto, M.Pd. 2006. 141)
      Masyarakat umum mengenal intelektual sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun untuk memecahkan problem yang dihadapi (Azwar, 1996). Gambaran tentang mahasiswa yang berintelektual tinggi adalah lukisan mengenai mahasiswa pintar, selalu naik tingkat, meperoleh nilai baik, atau mahasiswa yang jempolan di kelasnya atau bintang kelas. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu sosok mahasiswa yang wajahnya bersih/berseri, berpakaian rapi, matanya bersinar atau berkacamata. Sebaliknya, mahasiswa yang berintelektual rendah memiliki sosok seseorang yang lambat berfikir, sulit memahami pelajaran prestasi belajar rendah, dan mulutnya lebih banyak menganga disertai tatapan mata kebingungan. Pendapat orang awam, seperti dipaparkan ini meskipun tidak memberikan arti yang jelas tentang intelektual, namun secara umum tidak jauh berbeda dari makna intelektual yang dikemukakan oleh para ahli.
      Banyak rumusan yang dikemukakan ahli tentang definisi intelektual. Masing-masing ahli memberi tekanan yang berbeda-beda sesuai dengan titik pandang mereka,untuk lebih memahami intelektual yang sesungguhnya. Berikut dikemukakan defenisi dari beberapa ahli ialah sebagai berikut.
1.    Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991).
2.    Adrew Crider (dalam azwar, 1996) mengatakan bahwa intelektual itu bagaikan listrik, mudah diukur tapi mustahil untuk didefenisikan. Kalimat ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat sejak sekitar delapan decade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada defenisi intelektua yang dapat diterima secara universal.
3.    Alfred Binet (dalam irfan, 1986) mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu kapasitas intelektual umum yang antara lain mencakup kemampuan-kemampuan:
a.    Menalar dan menilai
b.    Menyeluruh
c.    Mencipta dan merumuskan arah berfikir spesifik
d.    Menyesuaikan fikiran pada pencapaian hasil akhir
e.    Memiliki kemampuan mengeritik diri sendiri
4.    Menurut spearman (dalam irfan, 1986; mangkunegara, 1993) aktifitas mental atau tingkah laku individu dipengaruhi oleh dua factor, yaitu factor umum dan factor khusus dengan kemampuan menalar secara abstrak.
5.    David Wechsler (dalam Azwar, 1996) mendefenisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif.
(http://lastrimila.blogspot.com)
B.       Faktor-Faktor Yang Mepengaruhi Perkembangan Intelektual
Banyak yang secara langsung maupun tidak langsung mepengaruhi perkembangan intelektual. Menurut Ngalim Purwanto (1986) faktor-faktor yang mepengaruhi perkembangan intelektual antara lain.
1.        Factor pembawaan (genetik)
Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelektual dipengaruhi oleh gen orang tua. Dalam hal ini ada yang mengatakan bahwa genetik ayah cendrung dominan mepengaruhi tingkat kecerdasan anaknya. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang telah lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dari lingkungan. Intelektual mengandung potensi bawaan, tetapi untuk dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin sebagai mana mestinya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan dari lingkungan.
2.        Faktor gizi
Perkembangan intelektual baik dari segi kualitas maupun kuantitas tidak terlepas dari pengaruh factor gizi. Kuat atau lemahnya fungsi intelegensi juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi/tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensiialah pada masa prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia di atas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.
3.        Factor kematangan
Perkembangan fungsi intelegensi dipengaruhi oleh kematangan organ intelegensi itu sendiri. Menurut piaget (dalam mudjiran, 2007) seorang psikologi dari swiss membuat empat pentahapan kematangan dalam perkembangan intelegensi. Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (0-2 tahun), tahap kedua disebut periode preoperasional (2-7 tahun), tahap ketiga disebut periode operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap ke empat disebut periode operasional formal (11-16 tahun).
  Pendapat Piaget (dalam mudjiran, 2007) membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelegensinya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelegensi, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelegensi. Perkembangan intelegensi semakin meningkat usia ke arah dewasa bahkan semakin tua, orang semakin cermat menganalisis suatu persoalan karena didukung oleh pengalaman-pengalaman hidupnya.
4.         Factor Pembentukan
Pendidkan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelegensi seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai. Semua ini dapat membentuk anak dengan meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya. Situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak disbanding anak seusianya.

5.        Kebebasan Psikologis
Perlu dikembangkan kebebasan psikologis pada anak agar intelegensinya berkembang dengan baik. Orang tua atau orang dewasa lainnya yang suka mengatur, mendikte, membatasi anak untuk berpikir dan melakukan sesuatu, membuat kecerdasan anak tidak berfungsi dan tidak berkembang dengan baik, terutama aspek kreativitasnya. Sebaliknya, anak yang memiliki kebesan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas, dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelegensi.(http://lastrimila.blogspot.com)
C.    Ciri-ciri kematangan intelektual
Adapun seseorang yang intelektualnya matang akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. memiliki kebiasaan membaca buku
2. dapat membaca situasi dengan cermat
3. selalu berfikir kritis dan mendalam
4. selalu mengevaluasi pikirannya kembali
5. bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan
6. memiliki ketenangan dan keyakinan dalam berusaha
7. memiliki pedoman yang kuat dalam belajar
Dan bila ditinjau dari aspek umum maka ciri-ciri dari kematangan ditandai dengan beberapa hal yaitu terdiri dari:
1.     Kematangan intelektual ditandai dengan terbentuknya readinees (kemampuan)
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi terhadap setiap stimulus lingkungan.
Memang, anak megalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan readines, akan tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmereka tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pola-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan dan lain sebagainya.
Seseorang  baru dapat belajar tentang sesuatu apabila dalam dirinya sudah terdapat “readiness” (kemampuan) untuk mempelajari sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai perbedaan individual, maka masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing individu.
Individu mengalami pertumbuhan material jasmaniahnya.Kecepatan pertumbuhan pada masing-masing individu tidak sama. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena pengaruh fisiologis, psikologis, dan bahkan sosial.
2.     Kematangan intelekual ditandai dengan terbentuknya emosional
Emosi yang kita ketahui adalah sebuah perasaan yang dapat dibagi menjadi beberapa perasaan lagi. Dengan ini penulis menerangkan sedikit mengenai pembagian tersebut dengan mengangkat study kasus yang subjeknya adalah pemuda
a.      Perasaan atau emosi marah
Marah pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan pemuda akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
b.     Perasaan dan emosi kasih sayang
Pemuda mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya. Rasa kasih sayang yang kuat dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman istimewa itu orang yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
c.      Perasaan dan emosi takut
Rasa takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang terasa asing kebimbangan akan status sosialnya yang menentu dan jelas. Pernyataan takut itu dinyatakan dalam bentuk kata-kata (tongue tied).
3.     Kematangan intelektual ditandai dengan terbentuknya kecerdasan dalam berfikir
Kematangan Intelektual adalah orang yang mampu menghadapi segala persoalan dengan mempergunakan Nalar–Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang logis, sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
Intelegensi bukanlah suatu yang bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemapuan-kemampuan itu bergantung pada tingkat kematangan intelektual. Latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur.

D.    Pengaruhnya kematangan intelektual
Pengaruh bagi seseorang yang telah matang intelektualnya ialah sebagai berikut:
• Menjadikan seseorang tersebut selalu mandiri dalam segala hal
• Menjadikan dirinya menerima setiap kritikan dari orang lain
• Menjadikan belajar itu dimana saja walaupun itu di lingkungan yang kurang baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar