A. Pengertian Intelektual
Intelektual
secara harfiah berasal dari bahasa Inggris "intellectual" termasuk adjective (kata
sifat). "Intelektual" menurut AS Hornby et.al berarti: having
or showing good reasoning power, menunjukkan kekuatan penalaran yang baik.
Sedangkan menurut istilah ialah yang di artikan oleh George A. Thoedorson
dan archiles G. Thoedorson Intelektual adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri kepada pengembangan gagasan orisinal dan terlibat dalam
usaha-usaha Intelektual kreatif.
Intelektual
telah sering didefinisikan sebagai kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan atau belajar dari pengalaman. Manusia hidup dan berinteraksi didalam
lingkungannya yang kompleks. Untuk itu ia memerlukan kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan demi kelestarian hidupnya. Hidupnya bukan
hanya untuk kelestarian pertumbuhan, tapi juga untuk perkembangan pribadinya.
Oleh karena itu, manusia harus belajar dari pengalaman. (Drs. Wasty Suemanto,
M.Pd. 2006. 141)
Masyarakat umum mengenal intelektual
sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun untuk
memecahkan problem yang dihadapi (Azwar, 1996). Gambaran tentang mahasiswa yang
berintelektual tinggi adalah lukisan mengenai mahasiswa pintar, selalu naik
tingkat, meperoleh nilai baik, atau mahasiswa yang jempolan di kelasnya atau
bintang kelas. Bahkan gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu sosok
mahasiswa yang wajahnya bersih/berseri, berpakaian rapi, matanya bersinar atau
berkacamata. Sebaliknya, mahasiswa yang berintelektual rendah memiliki sosok
seseorang yang lambat berfikir, sulit memahami pelajaran prestasi belajar
rendah, dan mulutnya lebih banyak menganga disertai tatapan mata kebingungan.
Pendapat orang awam, seperti dipaparkan ini meskipun tidak memberikan arti yang
jelas tentang intelektual, namun secara umum tidak jauh berbeda dari makna
intelektual yang dikemukakan oleh para ahli.
Banyak rumusan yang dikemukakan ahli tentang definisi intelektual.
Masing-masing ahli memberi tekanan yang berbeda-beda sesuai dengan titik
pandang mereka,untuk lebih memahami intelektual yang sesungguhnya. Berikut
dikemukakan defenisi dari beberapa ahli ialah sebagai berikut.
1. Intelektual merupakan suatu kumpulan
kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam
hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991).
2. Adrew Crider (dalam azwar, 1996)
mengatakan bahwa intelektual itu bagaikan listrik, mudah diukur tapi mustahil
untuk didefenisikan. Kalimat ini banyak benarnya. Tes intelegensi sudah dibuat
sejak sekitar delapan decade yang lalu, akan tetapi sejauh ini belum ada
defenisi intelektua yang dapat diterima secara universal.
3. Alfred Binet (dalam irfan, 1986)
mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu kapasitas intelektual umum yang
antara lain mencakup kemampuan-kemampuan:
a. Menalar dan menilai
b. Menyeluruh
c. Mencipta dan merumuskan arah
berfikir spesifik
d. Menyesuaikan fikiran pada pencapaian
hasil akhir
e. Memiliki kemampuan mengeritik diri
sendiri
4. Menurut spearman (dalam irfan, 1986;
mangkunegara, 1993) aktifitas mental atau tingkah laku individu dipengaruhi
oleh dua factor, yaitu factor umum dan factor khusus dengan kemampuan menalar
secara abstrak.
5. David Wechsler (dalam Azwar, 1996)
mendefenisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang
untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi
lingkungan secara efektif.
(http://lastrimila.blogspot.com)
B.
Faktor-Faktor
Yang Mepengaruhi Perkembangan Intelektual
Banyak
yang secara langsung maupun tidak langsung mepengaruhi perkembangan
intelektual. Menurut Ngalim Purwanto (1986) faktor-faktor yang mepengaruhi
perkembangan intelektual antara lain.
1.
Factor pembawaan (genetik)
Banyak
teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelektual dipengaruhi
oleh gen orang tua. Dalam hal ini ada yang mengatakan bahwa genetik ayah
cendrung dominan mepengaruhi tingkat kecerdasan anaknya. Teori konvergensi
mengemukakan bahwa anak yang telah lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi
potensi tersebut tidak dari lingkungan. Intelektual mengandung potensi bawaan,
tetapi untuk dapat berfungsi dan berkembang seoptimal mungkin sebagai mana
mestinya perlu mendapatkan pendidikan dan latihan dari lingkungan.
2.
Faktor gizi
Perkembangan
intelektual baik dari segi kualitas maupun kuantitas tidak terlepas dari
pengaruh factor gizi. Kuat atau lemahnya fungsi intelegensi juga ditentukan
oleh gizi yang memberikan energi/tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi
berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensiialah
pada masa prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia di
atas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.
3.
Factor
kematangan
Perkembangan
fungsi intelegensi dipengaruhi oleh kematangan organ intelegensi itu sendiri.
Menurut piaget (dalam mudjiran, 2007) seorang psikologi dari swiss membuat
empat pentahapan kematangan dalam perkembangan intelegensi. Tahap pertama
disebut periode sensorik motorik (0-2 tahun), tahap kedua disebut periode
preoperasional (2-7 tahun), tahap ketiga disebut periode operasional konkret
(7-11 tahun), dan tahap ke empat disebut periode operasional formal (11-16
tahun).
Pendapat Piaget (dalam mudjiran, 2007) membuktikan bahwa semakin bertambah usia
seseorang, intelegensinya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor
kematangan mempengaruhi struktur intelegensi, sehingga menimbulkan
perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelegensi. Perkembangan
intelegensi semakin meningkat usia ke arah dewasa bahkan semakin tua, orang
semakin cermat menganalisis suatu persoalan karena didukung oleh
pengalaman-pengalaman hidupnya.
4.
Factor Pembentukan
Pendidkan
dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi
intelegensi seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana
seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai. Semua
ini dapat membentuk anak dengan meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya.
Situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak disbanding anak
seusianya.
5.
Kebebasan
Psikologis
Perlu
dikembangkan kebebasan psikologis pada anak agar intelegensinya berkembang
dengan baik. Orang tua atau orang dewasa lainnya yang suka mengatur, mendikte,
membatasi anak untuk berpikir dan melakukan sesuatu, membuat kecerdasan anak
tidak berfungsi dan tidak berkembang dengan baik, terutama aspek
kreativitasnya. Sebaliknya, anak yang memiliki kebesan untuk berpendapat, tanpa
disertai perasaan takut atau cemas, dapat merangsang berkembangnya kreativitas
dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan
persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan
intelegensi.(http://lastrimila.blogspot.com)
C.
Ciri-ciri kematangan intelektual
Adapun
seseorang yang intelektualnya matang akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
memiliki kebiasaan membaca buku
2. dapat
membaca situasi dengan cermat
3. selalu
berfikir kritis dan mendalam
4. selalu
mengevaluasi pikirannya kembali
5.
bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan
6.
memiliki ketenangan dan keyakinan dalam berusaha
7.
memiliki pedoman yang kuat dalam belajar
Dan bila ditinjau dari aspek umum maka ciri-ciri dari
kematangan ditandai dengan beberapa hal yaitu terdiri dari:
1. Kematangan intelektual ditandai dengan terbentuknya
readinees (kemampuan)
Kematangan disebabkan karena perubahan “genes” yang
menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system saraf, otak dan indra
sehingga semua itu memungkinkan individu matang mengadakan reaksi-reaksi
terhadap setiap stimulus lingkungan.
Memang, anak megalami pertumbuhan, dan pertumbuhan fisiknya
merupakan penyumbang terpenting bagi pembentukan readines, akan tetapi
kita tidak boleh melupakan bahwa perkembanganmereka tergantung pada pengaruh
lingkungan dan kultur disamping akibat tumbuhnya pola-pola jasmaniah. Stimulasi
lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi perkembangan
mental, kebutuhan dan lain sebagainya.
Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila
dalam dirinya sudah terdapat “readiness” (kemampuan) untuk mempelajari
sesuatu itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai
perbedaan individual, maka masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar
belakang perkembangan yang berbeda-beda.Hal ini menyebabkan adanya pola
pembentukan readiness yang berbeda-beda pula di dalam diri masing-masing
individu.
Individu mengalami pertumbuhan material
jasmaniahnya.Kecepatan pertumbuhan pada masing-masing individu tidak sama.
Perbedaan itu dapat disebabkan oleh karena pengaruh fisiologis, psikologis, dan
bahkan sosial.
2. Kematangan intelekual ditandai dengan terbentuknya emosional
Emosi yang kita
ketahui adalah sebuah perasaan yang dapat dibagi menjadi beberapa perasaan
lagi. Dengan ini penulis menerangkan sedikit mengenai pembagian tersebut dengan
mengangkat study kasus yang subjeknya adalah pemuda
a.
Perasaan atau emosi marah
Marah
pada pemuda timbul karena “social slighting”, yaitu kebimbangan pemuda
akan status sosialnya yang belum jelas dan stabil.
b. Perasaan dan emosi kasih sayang
Pemuda mulai mempersempit hubungan-hubungan kasih sayangnya. Rasa kasih sayang yang kuat
dicurahkan kepada seorang teman istimewanya, entah teman istimewa itu orang
yang lebih tua maupun sebaliknya, baik wanita maupun pria.
c. Perasaan dan emosi takut
Rasa takut pada pemuda timbul karena kedudukannya yang
terasa asing kebimbangan akan status sosialnya yang menentu dan jelas.
Pernyataan takut itu dinyatakan dalam bentuk kata-kata (tongue tied).
3. Kematangan intelektual ditandai dengan terbentuknya kecerdasan dalam berfikir
Kematangan
Intelektual adalah orang yang mampu menghadapi segala persoalan dengan
mempergunakan Nalar–Logika, melakukan pertimbangan-pertimbangan yang logis,
sistimatis dan efisien berdasarkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya.
Intelegensi bukanlah suatu yang
bersifat kebendaan, melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendiskripsikan perilaku
individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.
Kesiapan
belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari
pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertallian dengan
pengetahuan, pikiran, dan kualitas berfikir seseorang dalam menghadapi situasi
belajar yang baru. Kemapuan-kemampuan
itu bergantung pada tingkat kematangan intelektual.
Latar belakang pengalaman,
dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur.
D. Pengaruhnya
kematangan intelektual
Pengaruh
bagi seseorang yang telah matang intelektualnya ialah sebagai berikut:
•
Menjadikan seseorang tersebut selalu mandiri dalam segala hal
•
Menjadikan dirinya menerima setiap kritikan dari orang lain
•
Menjadikan belajar itu dimana saja walaupun itu di lingkungan yang kurang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar