Pengunjung

Pages

Selasa, 02 Juli 2013

Psikologi Pendidikan



2.1  PENGERTIAN HEREDITAS DAN LINGKUNGAN
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. Di samping itu, individu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkunganya, baik lingkungan fisis,psikologis maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan. 
a.       Menurut Siverstone:
“ The term heredity is used to decribe those characteristics and growth patterns that are biologically transmitted from parent to child”
b.      Menurut Dennis Coon
“ Heredity of transmission of physical and physilogical characteristics from to offspring through genes”
Berdasarkan uraian atau definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa:
a.       Hereditas adalah pewarisan sifat-sifat fisik dan psikologi serta pola-pola pertumbuhan lainnya yang secara biologis diwarisi oleh setiap anak dari orang tuanya melalui proses genetis.
b.      Hereditas itu akan membentuk perkembangan dengan memberikan/menyediakan potensi-potensi dan kemungkinan-kemungkinannya yang akan diwujudkan melalui proses belajar dengan ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan.
Hereditas pada individu berupa warisan “specific genes“ yang berasal dari kedua orang tuanya. “Genes“ ini terhimpun di dalam kromosom-kromosom atau “colored bodies“. Kromosom-kromosom, baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan. Dua anggota dari masing-masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Pasangan kromosom dimana dalam masing-masing kromosom terdapat sejumlah “genes” dan masing-masing “genes” memiliki sifat tertentu, membentuk persenyawaan “genes” yang demikian menjalin senyawa sifat-sifat “genes”.
Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar diluar diri manusi/individu. Lingkungan itu sebenarnya menyangkut segala materiil dan stimuli didalam dan diluar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosial-kultural. Dengan demikian, lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, secara psikologis, dan secara sosial-kultural.
Lingkungan sering diartikan orang secara sempit dengan milien atau alam sekitar. Dalam psikologi, lingkungan diartikan dalam pengertian yang luas mencakup lingkungan yang ada di dalam dan di luar individu. Dengan demikian lingkungan dapat diartikan dengan segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar diri individu yang bersifat mempengaruhi sikap tingkah laku atau perkembangannya.
Lingkungan juga terbagi menjadi tiga, yaitu :
1.      Lingkungan Dalam, meliputi gizi, peredaran darah, seks, suhu, kesehatan, dll
2.      Lingkungan Alam, meliputi iklim, geografis, waktu pagi,siang, dan malam.
3.      Lingkungan Sosial, meliputi keluarga, masyarakat, teman, dan organisasi.
Fungsi lingkungan atau peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dapat dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik sebab pengaruh lingkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu petensi atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat/merusak perkembangan individu.
Pengertian dari Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik satu sama lain dan dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan. Menurut Ensiklopedia Kehutanan menyebutkan bahwa Lingkungan adalah jumlah total dari faktor-faktor non genetik yang mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi pohon. Ini mencakup hal yang sangat luas, seperti tanah, kelembaban, cuaca, pengaruh hama dan penyakit, dan kadang-kadang intervensi manusia.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan materiil jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernafasan, pencernaan, makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak zaman konsesi, kalahiran sampai matinya. Stimulasi ini misalnya berupa: sifat-sifat”genes”, interaksi “genes”, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.
Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi dan kondisi eksternaldalam hubunganya dalam perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga,pergaulan, kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan pengajaran, bimbingan dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan ini.

2.2  PENGARUH HEREDITAS DAN LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN INDIVIDU MANUSIA
1.      Pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan manusia.
Penemuan dari Abbot Gregor Mendel (1857)
Setiap hasil pengamatan oleh Mendel dianalisis dengan menghasilkan kesimpulan yang terkenal dengan sebutan “Hukum Mendel”. Hukum Mendel ini dilaporkan dalam sebuah paper pada tahun 1865 yang kemudian diterbitkan tahun 1866. Hukum Mendel terdiri atas tiga item, masing-masing berbunyi sebagai berikut :
1.      Sifat-sifat warisan/turunan dihasilkan oleh apa yang disebut Mendel “elements” atau “factors” yang diteruskan dengan tidak berubah dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.
2.      Dalam masing-masing individu, elemen-elemen atau faktor-faktor itu berbentuk pasangan-pasangan, di mana dalam satu pasangan dua elemennya mempunyai pengaruh yang berbeda, salah satu elemen mendominasi elemen lainnya sehingga dapat dikatakan, bahwa elemen yang satu adalah “dominant” dan elemen yang lain “recessive”.
3.      Ketika benih-benih terbentuk di dalam individu, para anggota masing-masing pasangan elemen memisahkan diri dari pasangan-pasangan lainnya sehingga membentuk pasangan baru di mana satu dari dua elemen yang berpasangan berasal dari masing-masing induk (orang tuanya), dan ini diturunkan kepada keturunan/anak cucunya.


2.      Proses Hereditas dalam Pertumbuhan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari proses hereditas adalah sebagai berikut :
1.      Sifat-sifat pribadi manusia pada umumnya tergantung kepada pengaruh kombinasi-kombinasi “genes”.
2.      Sel-sel benih dari masing-masing orang tua (ayah dan ibu) berisikan bermacam-macam kombinasi “genes” sebagai akibat dari adanya pembiakan sel-sel.
3.      Sel-sel dari ayah dan sel-sel dari ibu bertemu dan berinteraksi menghasilkan organisme baru yang membentuk berbagai macam kombinasi “genes” pada anak keturunannya.
Gambaran yang paling sederhana mengenai mekanisme hereditas adalah adanya interaksi faktor-faktor yang terkandung di dalam sepasang “genes”. Apabila individu memperoleh satu gene albinia dari salah satu atau kedua orang tuanya, maka ia akan mengalami kemungkinan menjadi albino. Indung telur pada individu wanita selalu mempunyai dua kemungkinan untuk memperoleh “genes foralbinism” dari kedua belah pihak orang tuanya, maka ia menjadi berkulit albino (cc). Apabila individu memiliki dua “genes” warna normal dari kedua belah pihak orang tuanya, maka ia akan memiliki pigmentasi kulit normal (CC). Kedua individu tersebut (yaitu individu albino dan individu berpigmentasi normal) disebut individu yang “homozygous”. Apabila individu memperoleh “genes” warna normal dari salah satu orang tuanya dan “genes” albinis dari satu orang tuanya yang lain, maka sebagian kulitnya dapat menjadi albino (Cc). Individu yang seperti ini disebut “heterozigous”
Individu menjadi laki-laki atau perempuan ditentukan oleh sepasang kromosom yang disebut “the sex chromosomes”. Masing-masing kromosom seks dalam pasangan itu diberi simbol dengan X dan Y. Pada pihak ayah terdapat dua macam kromosom seks, yaitu X dan Y. Pada pihak ibu hanya terdapat satu macam kromosom seks, yaitu X. Apabila individu mendapat kromosom X dari ibunya dan kromosom Y dari ayahnya, maka ia hanya tumbuh dari satu macam kromosom X. Dalam hal demikian ia menjadi perempuan. Apabila individu mendapat kromosom X dari ibunya dan kromosom Y dari ayahnya, maka ia menjadi laki-laki. Dengan demikian yang menyebabkan seseorang itu menjadi laki-laki ataukah perempuan adalah tentang ada atau tidaknya pengaruh kromosom Y, dan kromosom Y hanya dapat diperoleh dari pihak ayah.
Dalam pertumbuhan lebih lanjut, masing-masing individu, baik perempuan maupun laki-laki mempunyai semua “genes” yang diperlukan untuk pertumbuhan kedua jenis kelamin. Apabila pada tubuh seseorang kromosom X-nya dominan sedangkan kromosom Y-nya resesif, maka sifat kewanitaan pada orang itu kuat. Apabila pada tubuh seseorang kromosom X-nya resesif sedangkan kromosom Y-nya dominan, maka orang itu memiliki sifat kelelakian kuat. Dari sini kita dapat memperoleh penjelasan tentang adanya kasus pertumbuhan “waria” atau “prinitia”.
Demikianlah telah dikemukakan beberapa contoh mekanisme hereditas dari faktor-faktor pertumbuhan. Mekanisme hereditas pada faktor-faktor pertumbuhan lain seperti kebotakan, pertumbuhan kumis atau jenggot, warna mata, dan sebagainya pada dasarnya adalah sama seperti yang terjadi pada albino atau jenis kelamin.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Pertumbuhan
Lingkungan sangat besar artinya bagi setiap pertumbuhan fisik. Sejak individu berada dalam konsepsi, lingkungan telah ikut memberi andil bagi proses pertumbuhan/pembuahan. Suhu, makanan, keadaan gizi, vitamin, mineral, kesehatan jasmani, aktivitas dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan. Klasifikasi tingkah laku manusia dapat diadakan, terdiri atas 4 macam, yaitu : insting, habits, native behavior, acquired behavior. Semua jenis tingkah laku tersebut dipengaruhi, baik oleh hereditas maupun lingkungan.
3.      Pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan manusia.
Setiap perkembangan pribadi seseorang merupakan hasil interaksi antara hereditas dan lingkungan. Pengaruh hereditas berasal dari kombinasi-kombinasi “ genes”. Satu sel “ germ “ manusia berisikan 24 kromosom membentuk beribi-ribu  “genes “. Genes ini memberikan sifat-sifat kepada masing-masing kromosom, dan sifat-sifat kromosom itu dapat di hubungkan dengan tipe-tipe kepribadian, cirri-ciri jasmaniah, taupun pekerjaan individual. Pada saat konsepsi, masing-masing pasangan kromosom berinteraksi membentuk individu baru.
Individu dan lingkungannya adalah produk dari hereditas dan lingkungan. Hereditas dan lingkungan sama-sama berperan penting bagi perkembangan individu. Dengan adanya saling tergantung antara hereditas dan lingkungan hal ini menimbulkan hal yang sulit bagi para sarjana. Dengan meneliti seseorang secara langsung mereka tidak bisa membedakan dominasi pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap warna rambut, warna kulit, bentuk tengkorak atau inteligensi seseorang. Penelitian baru berhasil jika meneliti sekurang-kurangnya dua orang dengan latar belakang pengalaman-pengalaman mereka.
Sifat-sifat hereditas sangat sukar diubah, meskipun pada generasi-generasi berikutnya diadakan modifikasi intensif misalnya dengan program-progran eugenic (egenitik), sterilisasi ataupun perkawinan selektif. Sedangkan sifat-sifat yang tumbuh akibat pengaruh lingkungan relative lebih mudah diubah melaluperbaikan-perbaikan pendidikan, social dan politik.
Beberapa hal yang terkait dengan faktor hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu sebagai berikut :
1)      Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor dalam (hereditas) dan faktor luar (lingkungan).
2)      Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, sifat-sifat, bakat, intelegensi dan penyakit.
3)      Faktor eksternal, yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri anak yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi anak tersebut dengan lingkungan. Meliputi: Lingkungan (dapat berupa pendidikan dan pengalaman yang diberikan).
4)      Keduanya memiliki keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan cara berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan.
5)      Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap bawaaan itu sendiri.
Pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Hubungan dan pengaruh itu adalah :
1)      Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan fisik
Sumbangan hereditas: Tinggi, bentuk, kerangka, dan struktur badan disebabkan oleh pertumbuhan potensi-potensi atau sifat-sifat dalam”genes, struktur dari sistem saraf juga dibentuk oleh pertumbuhan genetis. Batas-batas perkembangan fungsi-fungsi sensoris dan motoris juga ditentukan oleh pertumbuhan genetis,dan batas-batas perkembangan itu sangat bervariasi. Dengan demikian, perbedaan skill motorik dan kemampuan - kemampuan stletik pada anak dan orang dewasa kebanyakan di sebabkan oleh hereditas.
·         Bentuk Tubuh dan Warna Kulit
Salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir adalah mengenai bentuk tubuh dan warna kulit. Misalnya anak-anak yang memiliki bentuk  tubuh gemuk seperti ibunya, wajah seperti ayahnya, rambut keriting  dan warna kulit putih seperti ibunya.
Cukup besar pengaruh keturunan(pembawaan) terhadap pertumbuhan jasmani anak. Bagaimanapun tingginya teknologi untuk mengubah  bentuk dan warna kulit seseorang, namun faktor keturunan tidak dapat diabaikan begitu saja.
a.       Sifat – Sifat
Sifat – sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu ayah atau nenek dan kakek. Bermacam-macam sifat yang dimiliki manusia, misalnya, penyabar, pemarah, kikir, boros, hemat dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut dibawa manusia sejak lahir. Ada yang dapat dilihat atau diketahui dimiliki anak selagi masih kecil dan ada pula yang diketahui sesudah agak besar.
b.      Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan pikis seperti: abstrak, berpikir, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.
c.       Bakat
Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol diantara berbagai jenis yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk ketrampilan atau sesuatu bidang ilmu.
d.      Penyakit atau Cacat Tubuh
Beberapa penyakit atau cacat tubuh ada yang berasal dari turunan, seperti penyakit kebutaan dan saraf. Penyakit yang dibawa sejak lahir akan mempengaruhi pertubuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.
          Sumbangan lingkungan: segenap pengaruh hereditas itu dapat di ganggu oleh lingkungan yang abnormal. Terlebih-lebih kesehatan  jasmaniah dan kehidupan itu sendiri tergantung pada baik tidaknya pemeliharaan. Karena itu, pemeliharaan kesehatan, pemenuhan gizi dan vitamin adalah sangat pentin. Kelemahan dan kekurangan kondisi lingkungan sangat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

2)      Dalam bidang pertumbuhan dan perkembangan mental
 Sumbangan hereditas: Bukti-bukti menunjukkan, bahwa anak-anak yang lahir dengan berbagai kapasitas mental, dengan berbagai potensi musik, melukis, menyanyi, berpidato dan sebagainya, dalam batas-batas tertentu adalah tumbuh dan berkembang secara genetis. Ini berarti hereditas berperan penting.
Sumbangan lingkungan: lingkungan-lingkungan yang baik dibutuhkan untuk mengembangkan kapasitas mental pada taraf yang diharapkan.
3)      Dalam bidang kesehatan mental dan emosi serta kepribadian
Sumbangan hereditas: Walaupun bidang lingkungan hidup ini sangat berpengaruh, namun manusia dilahirkan dengan struktur jasmaniah seperti sistem saraf, kelenjar-kelenjar, dan organ-organ yang semua itu menentukan stabilitas emosi serta membedakan kapasitas mental, maka kesehatan mental dan emosi lebih banyak  dipengaruhi oleh hereditas.
Sumbangan lingkungan: Apabila anak-anakyang berasal dari lingkungan rumah sehat dengan suasana keluarga penuh rasa kasih sayang dan penuh dorongan bagi mereka, maka besar kemingkinanya bahwa anak-anak itu akan memiliki kesehatan mental dan emosi yang baik. Hal ini berarti merupakan perkembangan pribadi yang baik. Orang-orang yang hidup dalam lingkungan-lingkungan protektif dan membatasi tingkah laku mereka, maka lebih cenderung mengidap penyakit mental dan emosional dari mereka yang hidup dalamlingkungan-lingkungan yang wajar dan menekan.
Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.
a.      Keluarga
a)      F.J. Brown berpendapat bahwa ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu : a. dalam arti luas, keluarga meliputi semua di dupihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clam” atau marga : b. dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak.
b)      Maciver menyebutkan lima cirri khas keluarga yang umum terdapat dimana-mana, yaitu : a. hubungan berpasangan dua jenis, b. perkawinan atau bentuk ikatan lain yang mengikohkan hubungan tersebut, c. pengakuan akan keturunan, d.kehidupan ekonomis yang diselenggarakan dan dinikmati bersama, dan e. kehidupan berumah tangga.
c)      Sudardja Adiwikarta ( 1988 : 66-67) dan Sigelman&Shaffera ( 1995 : 390-391 ) berpendapat bahwa kelurga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat pada setiap masyarakat didunia ( universe) atau suatu sistem sosial yang terpancang ( terbentuk ) dalam system social yang lebih besar.
Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mapan, umumnya sehat dan cepat pertumbuhan badannya dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak mampu. Demikian pula anak yang orang tuanya berpendidikan akan menghasilkan anak yang berpendidikan pula.
b.      Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agara mampu mengembangakan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock ( 1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadian anak ( siswa), baik dalam cara berfikir , bersikap, maupun cara berperilaku. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak yaitu :
a)      Para siswa harus hadir di sekolah.
b)      Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini, seiring dengan perkembangan “konsep diri”-nya.
c)      Anak –anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah.
d)     Sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses.
e)      Sekolah member kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistic
Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak, karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.Anak yang memasuki sekolah guru berbeda kepribadiannya dengan anak yang masuk STM. Demikian pula yang tamat dari sekolah tinggi akan berbeda pola pikirnya dengan orang yang tidak bersekolah.
c.       Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal  anak juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.
d.      Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya mempunyai peranan yang cukup penting terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa decade terakhir ini yaitu :
1.      Perubahan struktur kelurga, dari keluarga besar ke keluarga kecil.
2.      Kesenjangan antara generasi tua dan generasi muda.
3.      Ekspansi jaringan komunikasi diantara kaula muda.
4.      Panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa.
Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah:
1)             Social cognitium : kemampuan untuk memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuan memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat remaja untuk bergaul atau membentuk persahabatan dengan teman sebayanya( sigelman&Shaffer, 1995: 372-376).
2)             Konformitas : motif untuk menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau budaya teman sebayanya.
e.       Keadaan Alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh, anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.
Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.



3.1  FAKTOR HEREDITAS DAN PRINSIP-PRINSIPNYA
Faktor hereditas dalam hal ini adalah sifat sifat atau ciri yang diperoleh pada seorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi kegenerasi melalui sel benih. Sifat sifat ciri pembawaan tersebut ada dari pembawaan sejak lahir, dan masih merupakan benih, yang masih merupakan kekuatan/potensi terpendam dalam diri seseorang. Potensi baru akan aktual dan tumbuh serta berkembangan setelah mendapatkan rangsangan rangsangan dan pengaruh dari luar/faktor eksten.
Dalam kedudukannya pada proses pendidikan, hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. (Westy Soemanto:1987,78). Itulah sebabnya maka dalam dunia pendidikan juga dibutuhkan ilmu ilmu biologi yang memang mempunyai kaitan erat dengan psikologi pertumbuhan anak.
Pembahasan tentang hereditas sebagai sebuah gejala yang dialami oleh seorang anak tentu akan mengarah pada proses berlangsungnya hereditas tersebut, kemudian prinsip prinsip apa yang akan muncul dari keberlangsungan hereditas. Berikut akan dijabarkan satu persatu.
1.      Proses Hereditas
Hereditas pada seorang anak adalah berupa warisan “specific genes” yang berasal dari kedua orang tuanya “Genes” ini terhimpun di dalam kromosom kromosom atau “colored bodies”. Kromosom kromosom, baik dari pihak ayah ataupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan pasangan. Dua anggota dari masing masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sma.
Dalam pada itu masing masing individu mulai hidup dengan satu sel di dalam indung telur yang telah dibuahi oleh satu sperma. Sel ini berbagi menjadi dua, masing masing berbagi lagi menjadi dua, sekali lagi menjadi dua dan seterusnya sehingga membentuk organ. Proses pembagian sel ini disebut dengan “mitosis”. Menurut para ahli disebutkan bahwa; semua sel dalam badan memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya proses individuasi dan diferensiasi. (Wasty Soemanto:1987,79). Namun yang pasti setiap sel terdeferensiasi sebagian menjadi sel mata, sebagian menjadi sel telinga dan seterusnya.
Kelangsungan proses di atas terjadi apabila dua individu berlainan jenis kelamin melakukan perkawinan terjadilah proses genetis seperti tadi kesemuanya dalam rangka emmbentuk individu baru.
Dalam hal ini Janathan L. Freeman memberi penegasan :
Along the length of each chromosome are a number of areas called genes. The structure of the DNA in a pair of genes (one on each chromosome) determines the exact chemical nature of paraticular proteins within the cell. Since these proteins, called enzymes, control the function of the cell, ultimately it is the genes that determine how the cell functions. (jonathan L. Freeman:1978,243).
Kutipan diatas menjelaskan bahwa telah ditemukan adanya ketentuan ketentuan yang alami berlaku untuk proses genetika dari orang tua kepada anak. Sehingga rumus DNA menjadi populer sebagai panduan untuk melihat hal ini, apa dan bagaimana dasar dasar biologi yang dapat memberikan konstribusi terhadap anak sebagai keturunan.
Untuk catatan dalam hal ini bahwa dalam pendekatan biologis terdapat satu aturan sistem yang memberikan pedoman bagi psikologi pendidikan dimana anak dalam kelahiran danpertumbuhan telah diawali dari adanya garis keturunan yang tidak terpisah dengan orang tuanya. Untuk itu nativisme yang menjadi aliran dalam hal ini sangat penting sebagai bagian kajian yang harus ditelusuri lebih jauh.

2.      Prinsip Prinsip Hereditas
Prinsip dalam hal ini adalah aturan yang memang menjadi hukum atau bagian teori yang menjadi pedoman bagi ilmuan atau pengguna untuk menjadikan hereditas sebagai landasan pendidikan.
Dari beberapa penelitian tentang prinsip hereditas menurut catatan (Tadjab:1994,29) bahwa diketemukan beberapa hal yang utama yakni :
1.      Prinsip reproduksi; artinya menghasilkan atau membuat kembali. Dalam hal ini proses penurunan sifat atau ciri hereditas tersebut melalui sel benih, kemudian cirinya dalam bentuk nyata, maka nak harus mengulang kembali dari awal pertumbuhan dan perkembangan serta pengalaman yang telah dialami oleh generasai pendahulunya.
2.      Prinsip konformitas; yakni setiap jenis makhluk menurunkan jenisnya sendir dalam hal ini tidak akan melahirkan atau menurunkan sifat sifat atau ciri ciri makhlik lain yang bukan ciri/sifatnya. Prinsip ini termasuk aliran yang menolak bahwa manusia adalah keturunan dari makhluk jenis lain.
3.      Prinsip variasi; artinya setiap individu disamping mewarisi sifat atau ciri umum yang sama, juga mewarisi sifat atau ciri yang berbeda beda. Anak yang berasal dari orang tua yang sama, bahkan anak kembar sekalipun mempunyai sifat atau ciri yang berbeda. Adalah tidak benar bila dua orang manusia mempunyai sifat dan ciri yang persisi sama di muka bumi ini.
4.      Prinsip regresi filial; adalah sifat atau ciri yang diturunkan dari generasi kegenerasi akan cenderung menuju kearah rata rata. Prinsip ini memberikan pengertian bahwa anak dari orang tua yang sangat cerdas menunjukkan kecenderungan untuk menjadi kurang cerdas daripada orang tuanya. Sebaliknya anak dari orang tua yang lemah akan cenderung menjadi lebih pintar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar