Pengertian
Aktivitas Belajar
Pengertian
belajar menurut Drs. Slameto adalah “ Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.”
Dari konsep di atas maka dapatlah diambil suatu
pengertian bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata
dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Muhibbin
Syah, ........ bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan
lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.
1.1 Beberapa
aktivitas dalam belajar:
a.
Mendengarkan
Dalam proses belajar mengajar di sekolah ada ceramah
dari guru atau dosen. Tugas pelajar atau mahasiswa adalah mendengarkan tidak
semua orang dapat memanfaatkan situasi ini untuk belajar bahkan pelajar atau
mahasiswa yang diam mendengarkan ceramah itu mesti belajar. Apalagi hal
mendengar mereka tidak di dorong oleh kebutuhan, motivasi dan tujuan tertentu,
maka sia-sialah pekerjaan mereka. Tujuan belajar mereka tidak tercapai karena
tidak adanya set-set yang tepat untuk belajar.
Kasus yang
demikian terjadi pula dalam situasi diskusi, seminar, loka karya, ataupun
demonstrasi. Apabila dalam situasi-situasi ini orang mendengarkan dengan set
tertentu untuk mencapai tujuan belajar, maka orang adalah belajar. Melalui
pendengarannya, ia berintraksi dengan lingkungan sehingga dirinya berkembang.
b.
Memandang
Setiap stimuli visul memberi kesempatan bagi seseorang
untuk belajar. Meskipun pandangan kita tertuju kepada suatu objek visual,
apabila dalam diri kita tidak terdapat kebutuhan, motivasi serta set tertentu
untuk mencapai suatu tujuan, maka pandangan yang demikian tidak termasuk
belajar. Alam sekitar kita, termasuk juga sekolah dengan segenap kesibukannya,
merupakan objek-objek yang memberi kesempatan untuk belajar.
c.
Meraba, Mencium, dan Mencicipi
Meraba, Mencium, dan Mencicipi adalah aktivitas
sensoris seperti halnya mendengarkan dan memandang. Segenap stimuli yang dapat
diraba, dicium, dan dicicipi merupakan situasi yang memberi kesempatan bagi
seseorang untuk belajar. Hal aktivitas tersebut, dapat di katakan belajar,
apabila aktivitas-aktivitas itu di dorong oleh kebutuhan, motivasi untuk
mencapai tujuan dengan menggunakan set tertentu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku.
d.
Menulis atau Mencatat
Tidak setiap aktivitas mencatat adalah belajar.
Aktivitas mencatat yang bersifat menurun, mengkopi tidak dapat di katakan
sebagai aktivitas belajar. Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila
dalam mencatat itu orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan
set tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.
e.
Membaca
Seringkali ada orang yang membaca buku pelajaran
sambil berbaring santai di tempat tidurnya hanya dengan maksud agar dia bisa tidur.
Membaca semacam itu bukan aktivitas belajar. Ada pula orang yang menbaca sambil
berbaring dengan tujuan belajar. Menurut ilmu jiwa, membaca yang demikian belum
dapat di katakan sebagai belajar. Belajar adalah aktif, dan membaca untuk
keperluan belajar hendaknya di lakukandi meja belajar dari pada di tempat
tidur, karena dengan sambil tiduran itu perhatian dapat terbagi. Denan
demikian, belajar sambil tiduran mengganggu set belajar.
f.
Membuat Ringkasan dan
Menggarisbawahi
Rinkasan ini memang dapat membantu kita dalam hal
mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang.
Untuk keperluan belajar yg intensif, membuat ringkasan belum cukup. Sementara membaca,
pada hal-hal yang penting kita beri garis bawah (underling). Hal ini sangat
membantu kita dalam usaha menemukan kembali materi itu di kemudian hari.
g.
Mengamati Tabel-Tabel,
Diagram-Diagram, Bagan-Bagan.
Dalam buku ataupun dilingkungan lain sering kita
jumpai tabel-tabel diagram atupun bagan-bagan. Materi non-verbal semacan ini
sangat berguna bagi kita dalam mempelajari materi yang relevan itu. Demikian
pula gambar-gambar,peta-peta,dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang
membantu pemahaman kita tentang sesuatu hal.
h.
Menyusun Paper atau Kertas Kerja
Tidak semua aktifitas menyusun paper merupakan
aktifitas belajar. Banyak pelajar atau mahasiswa yang menyusun paper dengan
jalan mengkopi atau menjiplak. Memeng cara yang demikian sering menguntungkan
mereka karena dengan mengambil materi sana-sini, diatur hubungannya sehingga
membentuk sajian yang sistematis dan lengkap, dengan bahasa yang bagus karena
dibuat oleh para ahli, maka mereka memperoleh angka lulus. Kalau kita fikirkan,
apakah yang dapat diperoleh mereka dengan cara ini? Adakah perkembangan pribadi
yang mereka alami?.
i.
Mengingat
Mengingat dengan maksud agar ingat tentang sesuatu,
belum termasuk aktifitas belajar. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta
kesadaran untuk mencapai, tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktifitas
belajar, apalagi jika mengingat itu berhubungan dengan aktifitas-aktifitas
belajar lainnya.
j.
Berpikir
Berpikir adalah aktifitas belajar. Dengan berpikir,
orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang
hubungan tentang sesuatu.
k.
Latihan atau Praktek
Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan
subjek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil dari
latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah
diri subjek, serta mengubah lingkungannya, lingkungan berubah dalam diri anak.
( Drs. Wasty Soemanto, M.pd.)
2. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
2.1 faktor internal
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.
Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
. a. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam.
1).keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi
proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a. menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan
tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk
belajar,
b. rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c. istirahat yang cukup dan sehat.
2). keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar,
terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan
pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh
manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki
peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu,
baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara
preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana
belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan
telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain
sebagainya.
b. Faktor psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah
keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motifasi , minat, sikap dan bakat.
1.
kecerdasan
/intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control) dari seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor
psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan
kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin
besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru
professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
2.
Motivasi
Motivasi adalah salah
satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah
yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya
motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.
Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu
dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak
hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang
efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang
termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu
dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat positif
dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c. Adanaya keinginan
untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting,
misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d. Adanya kebutuhan
untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik
adalah factor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh
terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib,
teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
3.
Minat
Menurut Reber (Syah,
2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan
ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan
perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari
kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan
minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan antara lain:
·
dengan
mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan,
baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa
(kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar.
·
pemilihan
jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan
atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4.
Sikap
Sikap adalah gejala
internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau
merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan
sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang
studi yang ajarkan bermanfaat bagi diri siswa.
5.
Bakat
Secara umum, bakat
(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003).
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan
bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan
demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai
dengan bidang study yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau
potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya,
siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa
yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga
dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik,
orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh
anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan,
dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
B.
Faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik
siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1). Lingkungan sosial
a.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas
dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah.
Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi
dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial.
Faktor-faktor yang
termasuk lingkungan non sosial adalah:
a. Lingkungan alamiah,
seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b. Faktor
instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan
olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi
pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru,
disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar