SIFAT DAN HAKIKAT KEJIWAAN MANUSIA
2.1 KOMPONEN SIFAT DAN HAKIKAT KEJIWAAN
MANUSIA
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan adanya
kekuatan-kekuatan serta aktivitas-aktivitas kejiwan dalam diri manusia, yang
semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada
makhluk-makhluk lain.
Menurut Jhon Amos
Comenius, manusia mempunyai tiga komponen jiwa yang menggerakkan aktivitas jiwa
raga. Tiga komponen jiwa tersebut meliputi: saraf pertumbuhan, perasaan, dan
intelek. Karena itu dikatakan, bahwa manusia mempunyai tiga sifat dasar, yaitu:
1) Sifat biologis (tumbuhan-tumbuhan);
sifat ini telah membuat manusia tumbuh secara alami dengan prinsip-prinsip
biologis dengan menggunakan lingkungannya.
2) Sifat hewani; dengan adanya perasaan-perasaan
hakiki, manusia mengalami desakan-desakan internal untuk mencari keseimbangan
hidup. Melalui peralatan indranya, manusia menjadi sadar dan menuruti
keinginan-keinginan dan seleranya.
3) Sifat intelektual; dengan sifat ini,manusia
mampu menemukan benar atau salahnya sesuatu, dapat membedakan baik dan buruknya
objek, serta dapat mengarahkan keinginan dan emosinya. Sifat intelektual
manusia inilah yang membedakan manusia
dari makhluk-makhluk lain. Dengan adanya
sifat intelektual ini, manusia dilebihkan derajatnya dari makhluk-makhluk lain.
Sifat hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri
karakteristik, yang secara prinsip membedakan manusia dengan hewan. Secara
garis besar, wujud sifat hakikat manusia dibagi menjadi delapan, antara lain:
1. Kemampuan menyadari diri. Berkat
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia akan
menyadari bahwa dirinya memiliki cirri khas atau karakteristik diri. Sehingga
mempunyai kesadaran diri bahwa manusia mempunyai perbedaan dengan makhluk
lainnya.
3
2. Kemampuan bereksistensi. Kemampuan
bereksistensi yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi
batas-batas yang membelenggu dirinya. Kemampuan menempatkan diri dan menerobos
inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.
Dengan kata lain, adanya manusia
bukan “ber-ada” seperti hewan dikandang dan tumbuh-tumbuhan di dalam kebun,
melainkan “meng-ada” di muka bumi.
3. Kata hati (Consecience Of Man),
adalah kemampuan membuat keputusan tentang yang baik/benar dan yang buruk/salah
bagi manusia sebagai manusia. Kata hati disebut pula hati nurani, pelita hati,
dan sebagainya.
4. Moral, disebut sebagai etika.
5. Tanggung jawab.
6. Rasa kebebasan atau merdeka adalah
rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kemerdekaan berkaitan erat dengan kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang
sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
7. Kewajiban dan hak. Kewajiban
merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak merupakan
sesuatu yang patut untuk dituntut setelah memenuhi kewajiban.
8. Kemampuan menghayati
kebahagiaan.
2.2 KEKUATAN-KEKUATAN UMUM JIWA MANUSIA
Berdasarkan observasi dan intropeksi,
Plato (428-348 SM) mengungkapkan, bahwa jiwa manusia terdiri atas tiga kekuatan,
yaitu:
1) Akal sebagai kekuatan terpenting dari
jiwa manusia. Dikatakan oleh Plato, bahwa akal adalah bagian jiwa manusia yang
merupakan kekuatan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan. Dengan akal,
manusia dapat mengarahkan seluruh aktivitas jasmani dan kejiwaannya, sehingga
manusia mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
2) Spirit sebagai kekuatan penggerak
kehidupan pribadi manusia. Spirit adalah kekuatan untuk menjalankan
gagasan-gagasan yang telah diputuskan oleh akal melalui pemilihan berbagai
alternatif gagasan.
3) Nafsu sebagai stimulasi gerakan fisik
dari kejiwaan dan merupakan kekuatan paling konkret dalam diri manusia. Nafsu
ini terbentuk dari segenap kekuatan keinginan dan selera yang sangat erat
berhubungan dengan fungsi-fungsi jasmaniah. Plato membedakan antara
keinginan-keinginan yang berguna dan konstruktif dengan keinginan-keinginan
yang tidak berguna dan merugikan.
4
Dalam usaha menerangkan hakikat
manusia, John Locke (1632-1704) menekankan pembahasan tentang akal sebagai
gudang dan pengembang pengetahuan. Akal merupakan kekuatan vital untuk
mengembangkan diri. Menurut John Locke, akal mempunyai kekuatan-kekuatan serta
materiil untuk melatih kekuatan-kekuatan itu. Ada dua kekuatan akal manusia,
yaitu:
1) Kekuatan berfikir yang disebut
pengertian. Segala peristiwa yang terjadi dalam akal, menurut John Locke dapat
dikenal dan kehendaki oleh manusia. Pengertian terjadi dari proses aktivitas
pengamatan. Aktivitas pengamatan itu menurur John Locke mencakup kegiatan
mengindra, mengenal, menalar, dan meyakini. Mengamati berarti impresi-impresi
dari dalam dan dari luar diri. Dengan perkataan lain, mengamati berarti
memasukkan ide-ide dan konsep-konsep ke dalam kesadaran dengan menggunakan
berbagai macam cara. Ini tidak berarti, bahwa pengertian dapat ditumbuhkan
hanya dengan melatih pengamatan saja. Menurut Locke, pengamatan hanyalah
kapasitas awal dari intelek manusia. Pengertian memerlukan keterlibatan dari
enam kekuatan mental manusia, yang meliputi:
a) mengamati / pengamatan
b) mengingat / ingatan
c) imajinasi
d) kombinasi aktivitas psikis
e) abstraksi / pikiran, dan
f) pemakain tanda atau simbolisasi.
2) Kekuatan kehendak yang disebut
kemauan.
Menurut Locke, manusia sering mengimajinasikan sesuatu tindakan yang
berhubungan dengan suatu pilihan di antara berbagai alternatif. Tindakan
memilih ini oleh John Locke disebutkan dengan istilah “volition”. Volition dapat terjadi apabila kita
menggerakkan kekuatan kehendak atau kemauan. Jadi, kemauan adalah kekuatan
untuk memilih.kemauan itu bukan keinginan. Keinginan adalah ide reflektif yang
melibatkan sesuatu keadaan di masa mendatang, sedangkan kemauan adalah kekuatan
untuk memilih sesuatu keadaan atau tindakan di masa sekarang. Meskipun kemauan
tidak sama dengan keinginan, namun keduanya berhubungan erat. Kita mau itu,
berarti kita memilih di antara dua keinginan atau lebih.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778) mengungkapkan kekuatan
kejiwaan manusia dalam versinya yang lain. Rosseau mengungkapkan adanya lima
kekuatan jiwa manusia yang terdiri dari:
5
1)
Pengindraan
Pengindraan terjadi apabila objek-objek eksternal berinteraksi dengan
organ-organ indra, tetapi Rousseau mengemukakan adanya enam indra dengan
menambahkan indra keenam. Indra keenam menurut Rousseau disebut “common sense” yang mengkombinasikan
pengindraan terhadap sesuatu objek menjadi satu persepsi atau ide. Jadi, “commom sense” adalah kekuatan untuk
mengkombinasikan pekerjaan indra-indra untuk menghasilkan suatu persepsi atau
ide.
2)
Perasaan
Perasaan sangat erat hubungannya dengan pengindraan. Ketika kita
mengarahkan perhatian kita kepada pengindraan terhadap sesuatu objek, pada
ketika itu juga, kita menyadari adanya perasaan tertentu dalam diri kita.
Pengindraan itu dapat menyenangkan, atau menjemukan atau menjijikkan, atau
mungkin menyedihkan. Ini mungkin merupakan bukti tentang dekatnya hubungan
antara perasaan dan pengindraan. Perasaan adalah kekuatan untuk mendaratkan
ide-ide.
3)
Keinginan
Keinginan sangat erat hubungannya dengan perasaan. Perasaan senang atau
tidak senang, cocok atau tidak cocok, dan setuju atau tidak setuju, akan
membangkitkan kekuatan keinginan. Kita dapat menolak atau menerima objek
berhubung dengan adanya perasaan senang atau tidak senang ini. Keinginan adalah
kekuatan untuk mendapatkan objek yang menurut idenya menyenangkan dan menolak
objek yang menurut idenya tidak menyenangkan. Keinginan sendiri dapat dibagi
menjadi dua macam, yakni:
a) Keinginan yang tidak dipelajari;
bersifat inisiatif dan berasal dari rasa cinta diri dan kasih saying.
b) Keinginan yang dipelajari; brrsifat
cultural dan berasal dari interaksi serta pengalaman sosial.
Keinginan-keinginan yang terdorong oleh rasa cinta diri
misalnya ditandai dengan kondisi: lapar, haus, mengantuk, menangis, marah,
tertawa. Keinginan-keinginan yang terdorong oleh rasa kasih sayang misalnya
ditandai dengan tindakan: tersenyum, menggelengkan kepala, membelai,
membimbing, mendidik, mengajar. Keinginan-keinginan yang terdorong oleh
pengalaman sosial misalnya ditandai dengan tindakan:mengigngini kelebihan,
membalas dendam, agresi, menghambakan diri, mengingini segala sesuatu seperti
harta, pangkat, derajat, kehormatan, percintaan, persahabatan, persekutuan.
Menurut Rousseau, ada satu keinginan yang menjadi sumber atau pusat dari segala
macam keinginan yaitu hasrat seksual.
6
4)
Kemauan
Menurut Rousseau, kekuatan kemauan sangat erat hubungannya dengan
keinginan. Setiap keinginan merupakan ide dari suatu objek, dibentuk oleh “common sense” didorong oleh rasa senang
atau rasa tidak senang, dan kemudian menerima atau menolak objek itu tadi
menurut ide yang telah terbentuk. Oleh karena keinginan-keinginan itu mendorong
tindakan untuk mencapai tujuan, akibatnya ada kecenderungan untuk menerima atau
menolak objek. Di lain pihak, tujuan dan tindakan dapat mengarahkan keinginan.
Apabila antarpribadi terdapat kesamaan tujuan, maka antarpribadi itu akan ada
kesamaan keinginan. Namun ada kemungkinan adanya keinginan yang berbeda. Jika
seseorang memiliki perbedaan keinginan dalam dirinya, hal ini dapat
mengakibatkan adanya konflik keinginan. Jika seseorang mengalami konflik
keinginan, maka tidak mau orang itu atau tujuan-tujuan yang bertentangan itu.
Kekuatan untuk memungkinkan kita untuk mengadakan pilihan di antara
tujuan-tujuan yang bertentangan dan mengambil tindakan yang mengarah kepada
tercapainya tujuan yang telah dipilih, disebut kemauan.
5)
Akal
Akal sebagai kekuatan penemu ide umum ataupun kebenaran sesuatu ide,
memiliki dua kapasitas, yakni:
a) Kapasitas penalaran indra yang
disebut “common sense”. Penalaran
indra memberikan ide tertentu tentang benda tertentu di alam sekitar.
b) Kapasitas penalaran intelektual.
Apabila kita dengan akal sehat menyimpulkan ide tentang sesuatu benda, maka
terhadap setiap benda yang sejenis dapat dimasukkan ke dalam ide umum itu. Di
sini kita telah mengadakan hubungan antaride secara abstrak, dan di situlah
kita lebih mengaji kapasitas penalaran intelektual kita.
2.3 AKTIVITAS-AKTIVITAS KEJIWAAN MANUSIA
a. Pengamatan (dalam hal ini pengamatan indra)
Cara-cara penyajian dunia pengamatan berjumlah sama dengan
jumlah alat indra. Orang telah lazim membedakan lima macam alat indra menurut
lima macam modalitas pengamatan, yakni: penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, dan pencecapan. Bekerjanya masing-masing modalitas itu menghasilkan
sifat-sifat sensoris segala sesuatu yang berbeda-beda. Berikut ini dikupas
secara singkat mengenai masing-masing modalitas persamaan itu.
7
1)
Penglihatan
Ada tiga macam penglihatan, yaitu:
(a) Penglihatan terhadap bentuk; yaitu
penglihatan terhadap objek yang berdimensi dua. Setiap objek penglihatan tidak
dilihat secara terpisah–pisah, melainkan sebagai objek yang dekat dan yang
jauh, objek yang pokok dan yang melatarbelakangi, objek yang menjadi bagian dan
keseluruhannya. Khusus dalam melihat objek bagian dan objek keseluruhannya, ini
merupakan cara melihat Geslalt yang dapat memakai hukum-hukum Gesalt meliputi:
(1) hukum keterdekatan (artinya yang
terdekat merupakan Gesalt);
(2) hukum ketertutupan (artinya yang
tertutup merupakan Gelsalt); dan
(3) hukum kesamaan (artinya yang sama
merupakan Gelsalt).
(b) Penglihatan terhadap warna; yaitu
penglihatan terhadap objek psikis dari dari warna. Objek psikis yang dimaksudkan
di sini menyangkut nilai-nilai psikologis dari warna yang meliputi:
(1) Nilai efektif dari warna. Warna-warna
dari sesuatu objek sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Warna memberikan
dorongan atau motif bagi perbuatan atau reaksi manusia terhadap lingkungannya.
(2) Nilai lambang atau simbolis dari
warna. Warna dapat memberi kesan simbolis tertentu bagi seseorang. Kesan
seseorang terhadap warna ini dipengaruhi oleh lingkungan kultural seseorang
itu. Dari warna-warna orang dapat menjadikan lambang-lambang suasana atau
keadaan, misalnya:
Ø merah adalah lambang keberanian,
Ø putih adalah lambang kesucian atau
ketulusan,
Ø kuning adalah lambang pengharapan,
Ø biru adalah lambang kasih sayang atau
kesetiaan,
Ø hijau adalah lambang kesetiaan atau
kemantapan,
Ø ungu adalah lambang kebesaran dan
kemuliaan,
Ø abu-abu adalah lambang keraguan atau
kesabaran,
Ø dan lain-lain.
(c) Penglihatan terhadap dalam; yaitu
penglihatan terhadap objek yang berdimensi tiga. Gejala penting yang tampak
dalam penglihatan ini adalah konstansi volume dari jarak yang berbeda-beda kita
melihat suatu benda, ternyata memperoleh kesan bahwa volume benda itu tidak
berbeda, melainkan sama, tidak berubah besarnya, melainkan konstan besarnya. Hal
ini terjadi demikian karena:
8
Ø objek yang kita hadapi selalu dilihat
dalam konteks sistemnya, dan
Ø proporsi atau perbandigan benda-benda
satu sama lain serta terhadap tempatnya adalah sama.
2)
Pendengaran
Mendengar atau mendengarkan adalah menangkap atau menerima suara melalui
indra pendengaran. Satu hal yang dirasa penting yaitu pendengaran dalam
hubungannya dengan masalah Gestalt. Gestalt ruang pada penglihatan akan
berhubungan dengan Gestalt waktu dalam pendengaran. Pendengaran terhadap
bunyi-bunyian yang bersangkutan. Ini berarti, bahwa apa yang baru saja didengar
atau terdengar tidak akan segera hilang, melainkan masih terngiang dan masih
turut bekerja dalam apa yang didengar atau terdengar pada saat berikutnya.
Jadi, apa yang telah terdengar dan yang baru saja terdengar secara bersama-sama
membentuk suatu kesatuan yang mengatasi sifat keterbatasan dari pada waktu.
3)
Perabaan
Perabaan mengandung dua pengertian, yaitu:
(1) Perabaan sebagai perbuatan aktif yang
juga mencakup indra konestesi; dan
(2) Perabaan sebagai pengalaman secara
pasif yang juga mencakup beberapa indra untuk sentuh dan tekanan, pengamatan
panas, pengamatan dingin, pengamatan sakit, dan indra vibrasi.
Perabaan menggunakan fungsi kulit badan. Bagaimanakah
penangkapan suatu objek perabaan sangat dipengaruhi oleh kepekaan pada kulit di
bagian-bagian badan. Apabila kita menekankan benda tajam pada setiap bagian
kulit kita, maka kita dapat mengamati perbedaan kepekaan setiap bagian kulit
itu dalam menerima rangsang objek perabaan. Pada kulit kita terdapat dua macam
titik kepekaan, yaitu kepekaan tekanan dan titik sakit.
Menurut hasil penelitian dari Von Frey, adapun urutan tingkat
kepekaan tiap-tiap bagian kulit badan mulai dari yang lebih peka sampai yang
dengan semakin kurang tingkat kepekaannya adalah sebagai berikut:
1) Titik ujung lidah (dengan 2 gr
tekanan).
2) Ujung jari (dengan 3 gr tekanan).
3) Punggung jari (dengan 5 gr tekanan).
4) Punggung tangan/lengan (dengan 12 gr
tekanan).
5) Penis/alat vital (dengan 16 gr
tekanan).
6) Kulit perut (dengan 26 gr tekanan).
7) Telapak kaki (dengan 250 gr tekanan).
9
4)
Pembauan (pensiunan)
Membau/mencium adalah menangkap objek
yang berupa bau-bauan dengan menggunakan hidung sebagai alat pembau. Kualitas
bau-bauan adalah sangat bervariasi. Kita dapat menyebutkan variasi kualitas bau
terdiri dari:
Ø bau harum (misalnya untuk minyak wangi),
Ø bau anyir (misalnya untuk ikan mentah),
Ø bau busuk (misalnya untuk sampah atau bangkai),
Ø bau enak/gurih (misalnya untuk bakaran ikan atau sate),
Ø bau sedap (misalnya untuk masakan),
Ø bau penguk (misalnya untuk pakaian tak bersih),
Ø bau tengik (misalnya untuk kelapa atau minyak),
Ø bau apek/prengus (misalnya untuk rambut tak bersih),
Ø bau semerbak (misalnya untuk bunga-bungaan),
Ø bau sangit (misalnya untuk masakan gosong),
Ø bau sengak (misalnya untuk minuman keras),
Ø bau kecut (misalnya untuk keringat),
Ø dan lain-lain.
Kuat dan lemahnya penangkapan objek pembauan sangat
tergantung pada dua hal, yaitu:
(1) Kuat lemahnya rangsang/kualitas objek
pembauan.
(2) Kepekaan fungsi saraf pada hidung.
5)
Pencecapan
Mencecap adalah menangkap objek yang berupa kualitas rasa
benda atau sesuatu dengan menggunakan lidah sebagai alat pengecap. Mengenai
rasa cecapan dari setiap objek pencecapan adalah bervariasi. Dalam
kenyataannya, indra pengecap kita hanya peka terhadap empat macam rasa cecapan
pokok, yaitu:
Ø rasa manis,
Ø rasa masam,
Ø rasa asin, dan
Ø rasa pahit.
Enak dan tidaknya rasa makanan tidak hanya tergantung kepada
fungsi indra pengecap saja.
Rasa makanan sangat ditentukan oleh:
10
1) kualitas kombinasi pada rasa-rasa
pada makanan.
2) Fungsi kombinatif antara indra
pengecap dengan indra pembau.
b. Tanggapan
Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi
kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi isi kesadaran
yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu
sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan datang. Dengan uraian
ini, maka dapat dikemukakan adanya tiga macam tanggapan, yaitu:
1) Tanggapan masa lampau yang sering
disebut sebagai tanggapan ingatan.
2) Tanggapan masa sekarang yang dapat
disebut sebagai tanggapan imajinatif.
3) Tanggapan masa mendatang yang dapat
disebut sebagai tanggapan antisipatif.
c. Fantasi
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta
tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada. Fantasi
sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu:
1) Secara disadari, yaitu apabila
fantasi terjadi secara sadar. Hal ini banyak ditemukan pada seorang pelukis,
dan pemahat.
2) Secara tidak disadari, yaitu bila
individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini
banyak dijumpai oleh anak-anak.
Fungsi fantasi antara lain:
1) Dapat memahami atau mengerti sesame
manusia.
2) Dapat memahami dan menghargai kultur
orang lain.
3) dapat memahamin hal yang ada di
tempat dan waktu yang berbeda. Misalnya: dalam mempelajari ilmu bumi dan
sejarah.
4) Dapat melepaskan diri dari kesukaran
dan permasalahan serta melupakan kegagalan atau kesan-kesan buruk.
5) Dapat membantu seseorang dalam
mencari keseimbangan batin.
6) Dapat memungkinkan seseorang untuk
dapat membuat perencanaan untuk dilaksanakan di masa mendatang.
11
d. Ingatan
Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan
jalan pengecaman secara aktif. Dengan kata lain, ingatan adalah suatu daya jiwa
kita yang dapat menerima, menyimpan dan memprokdusikan kembali
pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan kita.
Fungsi ingatan itu meliputi tiga aktivitas, yaitu:
1) Mencamkan, yaitu menangkap atau
menerima kesan-kesan.
2) Menyimpan kesan-kesan.
3) Memprokduksikan kesan-kesan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ingatan manusia, antara lain:
1) Sifat perseorangan.
2) Keadaan di luar jiwa (alam sekitar lingkungan, keadaan jasmani).
3) Keadaan jiwa (kemauan, perasaan).
4) Umur.
Macam-macam ingatan antara lain:
1) Daya ingatan mekanis, artinya daya
ingatan itu hanya untuk kesan-kesan pengindraan.
2) Daya ingatan logis, artinya daya
ingatan ini hanya untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian.
Pengecaman terhadap sesuatu kesan akan lebih kuat, apabila:
Ø Kesan-kesan yang dicamkan dibantu
dengan penyuaraan.
Ø Pikiran subjek lebih terkonsentrasi
kepada kesan-kesan itu.
Ø Teknik belajar yang dipakai oleh
subjek adalah efektif.
Ø Subjek menggunakan titian ingatan.
Ø Struktur bahan dari kesan-kesan yang
dicamkan adalah jelas.
e. Pikiran
Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan
antarbagian pengetahuan yang telah ada dalam diri manusia yang dikontrol oleh
akal. Jadi, di sini akal adalah sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran.
Berfikir merupakan proses yang dinamis yang menempuh tiga
langkah berpikir, yaitu:
1. Pembentukan pengetian:
mendreskripsikan (menggambarkan).
12
2. Pembentukan pendapat:
-
Menolak,
misalnya: saya tidak setuju.
-
Menerima,
misalnya: orang itu pandai.
-
Asumtif
(kemungkinan), misalnya: anda mungkin keliru atau anda mungkin salah paham atau
salah paham.
3. Pembentukan keputusan: penarikan
kesimpulan yang berupa keputusan.
-
Keputusan
induktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat khusus menjadi pendapat
umum.
-
Keputusan
deduktif, yaitu keputusan yang diambil dari pendapat umum menjadi pendapat
khusus.
-
Keputusan
analogis, yaitu keputusan yang diambil dengan cara membandingkan atau
menyesuaikan suatu pendapat dengan pendapat khusus yang telah ada.
Beberapa cara membimbing pikiran agar pikiran itu berkembang
dengan baik, antara lain:
1. Mengembangkan kemampuan dan
keterampilan berbahasa pada anak didik.
2. Pendidik bukannya memberikan
pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada anak didik, melainkan yang terpenting
yaitu membimbing pikiran anak didik dengan memberikan sejumlah pengertian kunci
yang fungsional bagi keterampilan berfikir anak.
3. Disamping memberikan
pengertian-pengertian kunci, agar anak didik dapat berpikir cepat dan tepat
perlu diberikan kepada anak itu bekal pengetahuan siap.
4. Menggunakan alat-alat peraga dalam
pengajaran.
f.
Perhatian
Perhatian adalah cara menggerakkan bentuk umum cara
bergaulnya jiwa dengan bahan-bahan dalam medan tingkah laku. Dengan versi lain,
perhatian dapat diartikan dua macam, yaitu:
1. Perhatian adalah pemusatan tenaga
atau kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek.
2. Perhatian adalah pendayagunaan
kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas.
13
Ada bermacam-macam perhatian, yang pada pokok-pokoknya meliputi:
a) Macam-macam perhatian menurut cara
kerjanya:
1) Perhatian spontan; yaitu perhatian
yang tidak disengaja.
2) Perhatian refleksif; yaitu perhatian
yang disengaja.
b) Macam-macam perhatian menurut
intensitasnya:
1) Perhatian intensif; yaitu perhatian
yang banyak dikuatkan oleh banyaknya rangsang atau keadaan yang menyertai
aktivitas atau pengalaman batin.
2) Perhatian tidak intensif, yaitu
perhatian yang kurang diperkuat oleh rangsangan atau beberapa keadaan yang
menyertai aktivitas atau pengalaman batin.
c) Macam-macam perhatian menurut luasnya:
1) Perhatian terpusat (perhatian
konsentratif); yaitu perhatian yang tertuju kepada lingkup objek yang sangat
terbatas.
2) Perhatian terpencar; yaitu perhatian
yang pada suatu saat tertuju kepada lingkup objek yang luas atau tertuju kepada
bermacam-macam objek.
Hal-hal yang menarik perhatian dapat ditunjukkan melalui tiga
segi, yaitu:
1. Segi objek; hal-hal yang menarik
perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteknya, misalnya:
-
benda
yang bergerak dalam situasi lingkungan diam atau tenang,
-
warna
benda yang lain dari warna warna benda-benda di sekitarnya,
-
stimulasi
yang bereaksi berbeda dari aksi lingkungannya,
-
keadaan,
sifat, sikap dan cara yang berbeda dari biasanya,
-
hal
yang muncul mendadak dan hilang mendadak.
2. Segi subjek; hal-hal yang menarik
perhatian adalah hal-hal yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi subjek,
misalnya:
-
hal-hal
yang bersangkut-paut dengan kebutuhan subjek,
-
hal-hal
yang bersangkut-paut dengan minat dan kesenangan subjek,
-
hal-hal
yang bersangkut-paut dengan profesi dan keahlian subjek,
-
hal-hal
yang bersangkut-paut dengan sejarah atau pengalaman subjek,
-
hal-hal
yang bersangkut-paut dengan tujuan dan cita-cita subjek.
3. Segi komonikator; komunikator yang
membawa subjek ke dalam posisi yang sesuai dengan lingkungannya, misalnya:
-
guru
atau komunikator yang memberikan pelayanan atau perhatian khusus kepada subjek,
14
-
guru
atau komunikator yang menampilkan dirinya di luar konteks lingkungannya,
-
guru
atau komunikator yang memilki sangkut-paut dengan subjek.
Adapun macam-macam perhatian yang tepat untuk dilakukan dalam
belajar, yaitu:
1) Perhatian intensif perlu digunakan,
karena kegiatan yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih terarah.
2) Perhatian yang sengaja perlu
digunakan, karena kesengajaan dalam kegiatan akan mengembangkan pribadi anak
didik.
3) Perhatian spontan perlu dilakukan,
karena perhatian yang spontan cenderung dapat berlangsung lebih lama dan
intensif dari pada perhatian yang disengaja.
g.
Perasaan
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang
mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap
suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.
Jenis-jenis perasaan
Perasaan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Perasaan-perasaan jasmaniah; jenis
perasaan-perasaan ini sering pula disebut sebagai perasaan rendah, terdiri
dari:
a) Perasaan sensoris; yaitu perasaan
yang berhubungan dengan stimulasi terhadap indra, misalnya: dingin, hangat,
pahit, masam, dan sebagainya.
b) Perasaan vital; yaitu perasaan yang
berhubungan dengan kondisi jasmani pada umumnya, misalnya: lelah, lesu, letih,
lemah, segar, sehat, dan sebagainya.
2. Perasaan-perasaan rohaniah (perasaan
luhur), terdiri dari:
a) Perasaan intelektual, misalnya:
senang atau puas ketika berhasil (perasaan intelektual positif), kecewa atau
jengkel ketika gafal (perasaan intelektual negatif).
b) Perasaan etis; yaitu perasaan yang
berhubungan dengan baik dan buruk atau norma, misalnya: puas ketika mampu melakukan hal yang baik,
menyesal ketika gagal melakukan hal yang baik.
c) Perasaan estetis; yaitu perasaan yang
berhubungan dengan penghayatan dan apresiasi tentang sesuatu yang indah atau
tidak indah.
15
d) Perasaan sosial; yaitu perasaan yang
cenderung untuk mengikatkan diri dengan orang-orang lain, misalnya: perasaan
cinta sesame manusia, rasa ingin bergaul, rasa ingin menolong, rasa simpati,
rasa setia kawan, dan sebagainya.
e) Perasaan harga diri; yaitu perasaan
yang berhubungan dengan penghargaan diri seseorang, misalnya: rasa senang,
puas, bangga akibat adanya pengakuan dan penghargaan dari orng lain.
h.
Kemauan
Kemauan adalah bukan aktivitas ataupun usaha kejiwaan.
Kemauan yang juga disebut kekuatan, kehendak,dapat diartikan sebagai kekuatan
untuk memilih dan merealisasikan suatu tujuan. Tujuan ini merupakan pilihan di
antara berbagi tujuan yang bertentangan.
Kemauan bukan berarti keinginan. Orang yang ingin belum tentu
mau, dan sebaliknya orang yang mu belum tentu ingin.
Oleh karena kemauan berdasarkan hasil belajar, maka
pendidikan mempunyai peranan penting dalam mengendalikan kemauan anak didik
untuk belajar lebih lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar